Minggu, 23 Oktober 2011

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)


Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu bentuk upaya yang ditempuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional. Program Kreativitas Mahasiswa
dilaksanakan pertama kali pada tahun 2001, yaitu setelah dilaksanakannya program restrukturisasi di lingkungan Ditjen Dikti.
Kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang selama ini sarat dengan partisipasi aktif mahasiswa, diintegrasikan ke dalam satu wahana yang diberi nama Program Kreativitas
Mahasiswa.
Program Kreativitas Mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif, mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangka kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni.
Ada lima jenis kegiatan yang ditawarkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa, yaitu empat jenis PKM yang merupakan program kegiatan fisik yang diusulkan untuk dibiayai dan satu jenis PKM yang merupakan program kegiatan penulisan ilmiah dalam bentuk pengajuan artikel ilmiah hasil karya mahasiswa yang diusulkan untuk mendapatkan hadiah atau insentif. Keempat jenis PKM yang pertama meliputi PKM
Penelitian (PKMP), PKM Penerapan Teknologi (PKMT), PKM Kewirausahaan (PKMK), dan PKM Pengabdian Masyarakat (PKMM).

Kuliah Sambil Bekerja



Kuliah sambil bekerja, banyak hal positif yang dapat diperoleh, di samping tidak sedikit pula perjuangan yang harus dilakukan. Kuliah memang cukup menyita waktu, apalagi pada awal-awal musim perkuliahan, banyak hal mengenai universitas yang baru kita masuki harus kita ketahui, mulai dari keadaan kampus sampai peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan kegiatan perkuliahan. Hal ini tentunya diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan perkuliahan itu sendiri, semakin kita mengenal sesuatu hal, maka kita akan semakin menikmati hal tersebut, agaknya istilah “tak kenal maka tak sayang"� memang sesuai

Pada tingkat pertama perkuliahan, biasanya bobot SKS (Sistem Kredit Semester) disamaratakan bagi tiap mahasiswa baru, mungkin pihak universitas mempertimbangkan memberlakukan ini karena asumsi pada awal-awal perkuliahan, kegiatan mahasiswa hanya kuliah, mereka belum bekerja. Sesudah mahasiswa memasuki tingkat yang agak tinggi, mungkin tingkat dua atau tiga ataupun empat, umumnya pemberian jatah SKS disesuaikan dengan hak dan keinginan mahasiswa sendiri. Hak disini berdasarkan Indeks Prestasi Semester mahasiswa (IPS) pada semester sebelumnya, semakin tinggi IPS, maka hak SKS yang dapat semakin tinggi. Sedangkan mengenai keinginan, hal ini tentu saja disesuaikan dengan kegiatan mahasiswa sendiri, dan biasanya pada tingkat perkuliahan ini mahasiswa telah mulai bekerja.

Umumnya mahasiswa yang bekerja pada saat kuliah merupakan mahasiswa yang mengambil disiplin ilmu yang lebih popular, misalnya ilmu Desain, ilmu Tehnik Informasi, ilmu Sastra dan lain-lain. Mereka biasanya bekerja sebagai creative designer, programmer, guru pada tempat kursus ataupun staf administrasi paruh waktu, ataupun bisa saja sebagai pekerja waktu penuh, selama jadwal kuliah mereka bisa disesuaikan dengan waktu kerja. Ada pula mahasiswa yang memilih pekerjaan yang tidak berhubungan sama sekali dengan ilmu yang sedang mereka pelajari di universitas, biasanya berupa pekerjaan paruh waktu, misalnya sebagai penulis.

Banyak hal positif yang bisa diperoleh dengan bekerja. Di samping kita bisa mempunyai penghasilan sendiri, pengalaman yang kita dapatkan saat bekerja sangat bermanfaat untuk mendukung perkuliahan itu sendiri. Setidaknya kita dapat merasakan langsung semua hal yang berhubungan dengan dunia kerja yang sesungguhnya, yang selama ini hanya kita tahu dari buku dan sharing dari dosen. Dengan pengetahuan dan pengalaman langsung, akan kita akan lebih mudah memahami isi perkuliahan tersebut. Karena pada dasarnya, isi perkuliahan memang menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang terjadi dan berhubungan erat dengan dunia kerja. Keuntungan lain dari bekerja pada saat kuliah, mahasiswa dapat menggunakan perusahaan tempat mereka bekerja sebagai obyek studi kasus bagi tugas-tugas, diskusi ataupun makalah kuliahnya. Hal ini akan memberi banyak kemudahan bagi mahasiswa, karena mereka sudah mengenai dengan baik perusahaan tersebut dan pengurusan surat izin melakukan penelitian akan jauh lebih mudah juga. Mahasiswa juga dapat menggunakan fasilitas yang diberikan perusahaan, misalnya komputer atau bahkan layanan internet, untuk kepentingan perkuliahan dan tentu saja ini dilakukan di luar jam kerja.

Di samping hal-hal bermanfaat yang dapat kita peroleh dengan bekerja pada saat kuliah, tentu saja ada perjuangan-perjuangan yang harus kita lakukan, mulai dari merelakan berkurangnya waktu bermain dan berkumpul dengan teman untuk diganti dengan bekerja, sampai menbagi pikiran dan tenaga untuk kepentingan tugas di kantor. Di samping itu juga, kita harus mampu beradaptasi dengan orang-orang dalam lingkungan kerja, yang umumnya lebih dewasa dalam berpikir dan sangat menuntut tanggung jawab penuh kita dalam menyelesaikan tugas. Belum lagi, jika saat ujian kuliah tiba, kita harus menjadi lebih rajin dan ekstra sehat agar bisa mempersiapkan diri.

Dari segi besarnya gaji yang diberikan, biasanya perusahaan sudah mempunyai standar khusus bagi pekerjanya yang masih kuliah. Dan memang gaji yang diberikan lebih rendah daripada pekerja yang telah menyandang gelar sarjana. Ini wajar adanya, karena asumsinya, pekerja yang telah mempunyai gelar pasti mempunyai ilmu yang lebih tinggi daripada mereka yang masih kuliah. Perusahaan biasanya juga mau memberikan keringanan bagi pekerja yang masih kuliah, keringanan ini dalam hal waktu kerja, misalnya pada saat pekerja harus mengikuti ujian perkuliahan atau perkuliahan itu sendiri, maka perusahaan masih mengizinkan untuk pulang lebih awal, tapi biasanya dengan kompensasi si pekerja harus datang lebih awal.

Beberapa universitas sudah mulai juga menjadikan dirinya sebagai “jembatan"� antara mahasiswanya dengan dunia kerja, ini merupakan kabar gembira bagi kita para mahasiswa. Mereka bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan mitra kerjanya mengadakan job fair (pameran kerja) bagi mahasiswanya. Job fair ini bertujuan untuk menjaring mahasiswa menjadi calon pekerjanya. Biasanya perusahaan yang menyelenggarakan job fair ini, memang mencari pekerja paruh waktu atau waktu penuh yang belum berpengalaman, dan mereka mensyaratkan calon-calonnya sebagai mahasiswa pada tingkat akhir perkuliahan atau tingkat menengah (tingkat dua atau tiga). Melalui media job fair inilah, mahasiswa perpeluang lebih besar mendapatkan pekerjaan, dibandingkan jika mereka mencari pekerjaan dari iklan-iklan lowongan di media cetak atau media elektronik.

Dan yang lebih menyenangkan, biasanya perusahaan penyelenggara job fair ini datang langsung dalam perekrutannya ke universitas di mana mereka menyelenggaran job fair tersebut. Jadi pada tahap awal proses perekrutan ( biasanya tahap tes dan wawancara pertama ), mahasiswa tidak perlu mendatangi langsung perusahaan tersebut, ini pasti sangat memudahkan mahasiswa. Dalam sebuah job fair, karena umumnya cukup banyak perusahaan yang berpartisipasi, maka cukup beragam pula posisi yang ditawarkan bagi calon pekerjanya. Dokumen-dokumen yang mereka minta umumnya standar, seperti surat Lamaran, Curriculum Vitae (CV) dan sertifikat-sertifikat jika ada.

Persiapan-persiapan yang diperlukan jika mahasiswa berencana untuk bekerja adalah, yang pertama, mahasiswa harus mengatur jadwal kuliahnnya mengikuti standar waktu kerja perusahaan pada umumnya, ini jika mahasiswa ingin bekerja waktu penuh. Aturlah pengambilan mata kuliah yang waktu kuliahnya tidak berbentrokan dengan jam kerja kantor, biasanya ini diantisipasi dengan perpindahan waktu kuliah yang awalnya pada pagi hari ke malam hari, khususnya pada hari kerja (senin sampai jumat) dan tetap di pagi hari pada hari sabtu. Perpindahan waktu kuliah memang hanya bisa dilakukan hanya pada saat pergantian semester dan dengan catatan juga, universitas membuka kelas pada malam hari. Sebagai contoh, jika kita sedang berada pada semester empat, dan kita berencana akan bekerja, maka untuk pekerjaan waktu penuh, setidaknya baru bisa dilakukan pada semester selanjutnya, yaitu semester lima. Jadi pada saat pengisian jadwal, untuk semeter lima, kita lakukan pengaturan dan perpindahan waktu kuliah tersebut. Untuk pekerjaan paruh waktu, maka mahasiswa tidak perlu mengubah jadwal kuliahnya, perusahaan yang akan menyesuaikan.

Setelah jadwal kuliah disesuaikan, langkah kedua, mulailah mencari pekerjaan. Media yang bisa kita pakai untuk mencari pekerjaan, misalnya media job fair seperti dijelaskan di atas, melalui media cetak, media elektronik atau kita juga bisa berpartisipasi dalam internal mailing list. Intenal mailing list biasanya dibuat untuk menyatukan sekolompok orang pada lingkup satu institusi yang mempunyai kesamaan-kesamaan, mulai dari mahasiswa yang sama jurusannya sampai mahasiswa yang sama hobinya. Melalui mailing list, informasi disebarluaskan ke masing-masing anggotanya, mulai dari informasi mengenai mata kuliah, hobi sampai lowongan pekerjaan. Sebaiknya carilah pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan ilmu yang dimiliki. Dalam membuat surat lamaran, katakanlah apa adanya mengenai status kita yang masih kuliah dan pada saat wawancara, ungkapkanlah mengenai waktu perkuliahan. Ini akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam hal peringanan jam kerja.

Memang sedikit agak melelahkan kuliah sambil bekerja, tapi apa yang akan kita dapatkan jauh melebihi perjuangan yang kita lakukan. Pada awalnya memang terasa agak berat, tapi setelah beberapa waktu kita akan terbiasa. Tapi ingat selalu, kuliah harus tetap menjadi prioritas utama, jadi selamat berjuang untuk mencari dunia lain. And keep enjoy your self.

Masalah-Masalah dalam Kuliah Kerja Profesi (KKP)


I. Pendahuluan: dari Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Sebelum dilaksanakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP), mulai tahun-tahun 1970an Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Baik KKN maupun KKP sesungguhnya merupakan program-program yang dimaksudkan untuk melatih mahasiswa terjun dan mengalami kegiatan dalam dan bersama masyarakat. Namun demikian latar belakang kedua program tersebut mungkin berbeda.
KKN bagi mahasiswa antara lain dimaksudkan agar mahasiswa berlatih mengenal, memahami, menghadapi dan mencoba mengatasi berbagai masalah yang berkembang dalam masyarakatnya. KKN dilaksanakan di daerah pedesaan karena pedesaan dianggap wilayah yang dianggap asing bagi dunia kampus yang berdiri di lingkungan perkotaan. Dalam pandangan warga pedesaan, mahasiswa adalah ”makhluk asing” yang jarang ditemukan di lingkungan sekitarnya, karena dunia Perguruan Tinggi adalah ”dunia asing” dalam tradisi pendidikan di Indonesia, dibanding pesantren dan padepokan yang sudah mentradisi lebih dahulu, terutama di pedesaan Pulau Jawa.
Selain itu, dunia kampus PT dianggap menjadi ”bandar” bagi masuknya ilmu-ilmu asing, yang datang dari dunia Barat, sehingga ilmu-ilmu tersebut harus ”dibumikan” ke dalam masyarakat yang hendak diatasi permasalahannya. Berbagai ilmu yang diperoleh mahasiswa di PT diujicobakan dalam masyarakat secara multidisiplin dan multidimensional – adakah ilmu-ilmu yang dipelajari di PT tsb bermanfaat bagi masyarakat.
Tambahan pula dengan menjalankan KKN para mahasiswa tsb kelak lulus menjadi sarjana tidak lagi ’kikuk’ menghadapi masyarakatnya, dan diharapkan bekerja tidak semata-mata mencari nafkah, melainkan juga membantu mengatasi masalah-masalah masyarakat bangsanya yang berkembang. Sehingga para sarjana lulusan PT tidak lagi menjadi makhluk terasing di tengah-tengah persoalan bangsanya.

II. Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kuliah Kerja Profesi (KKP)
Jika dalam KKN mahasiswa dapat langsung terjun dalam masyarakat, kemudian melakukan identifikasi masalah, dan mencoba membantu mengatasi masalah masyarakat bersama para mahasiswa lain dari berbagai latar disiplin ilmu di PT, dalam KKP mahasiswa harus memilih masyarakat yang sesuai bagi profesi atau disiplin ilmu yang hendak dilatihkan atau disumbangkan dan dikembangkan dalam dan bersama masyarakat yang dipilihnya.
Dalam kegiatan-kegiatan KKN, para mahasiswa dari Jurusan Sastra Indonesia, Inggris dan Sejarah, bersama-sama para mahasiswa Peternakan, Psikologi, Hukum, Filsafat, Sipil, Sosial-Politik, Ekonomi dan Kimia, dan bersama masyarakat, dapat bergotong-royong membangun jembatan desa, mendirikan surau, membuat sabun deterjen, menanam rumput gajah, atau menyuntik unggas agar terhindar dari penyakit, atau membantu penyuluhan pemakaian kondom.
Dalam KKP kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan! Dalam KKP perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus sesuai dengan disiplin ilmu dan/atau profesi yang hendak dilatihkan dan dikembangkan dalam dan bersama masyarakat. Sedangkan masyarakatnya pun harus masyarakat yang dapat, atau bahkan siap, memanfaatkan disiplin ilmu atau profesi tertentu atau khusus yang hendak disumbangkan oleh mahasiswa.

III. Kuliah Kerja Profesi (KKP)
Para perancang KKP, saya duga, menganggap bahwa masyarakat Indonesia pada abad ke-21 sudah lebih maju sehingga program Kuliah Kerja Mahasiswa harus sudah meningkat dari KKN (agar mahasiswa tidak terasing dari masyarakatnya) di perempat akhir abad ke-20, ke KKP (agar mahasiswa mengembangkan keahliannya) di awal abad ke-21.
Dengan KKP mahasiswa diharapkan dapat melatih dan mengembangkan keahlian atau profesinya di dalam masyarakat yang dipilih sebagai tempat atau ajang berlatih. Salah satu masalah adalah tidak semua masyarakat dapat sesuai untuk menjadi ajang dari berbagai (calon) profesi, atau yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu yang hendak dikembangkan mahasiswa. Oleh sebab itu, agar KKP dapat berlangsung dengan baik harus dipilih masyarakat yang sekiranya mahasiswa mudah melatih dan mengembangkan ilmu yang dipilih sebagai pendukung profesinya PT. Masyarakatnya adalah masyarakat yang memang siap menerima KKP dengan kepentingan yang (sangat) khusus, atau profesional.

IV. Masalah-Masalah KKP
Sementara ini masalah-masalah dalam pelaksanaan KKP yang muncul dan penting dibahas untuk diatasi antara lain sebagai berikut.
(1) Penentuan Lokasi: mahasiswa kesulitan mencari lokasi. Dalam hal ini sebaiknya lokasi ditentukan bersama-sama antara dosen (DPL) dan calon mahasiswa KKP. Mahasiswa perlu mendapat bimbingan atau panduan sejak penentuan lokasi.
(2) Aspek Waktu Pelaksanaan. Bulan-bulan Desember-Januari dipandang tidak tepat jika dikaitkan dengan profesi dalam pendidikan sekolah. Dapat dicari waktu lain, sesuai jadual akademik Fakultas dan Universitas.
(3) Daerah Binaan. Dapat bekerjasama dengan lembaga dan instansi lain untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi di daerah, wilayah atau lokasi (ajang) binaan yang ditawarkan kepada mahasiswa. Ajang binaan ini juga dapat dianggap sebagai laboratorium sosial-budaya.
(4) Deskripsi dan Wewenang Kerja antara Pengelola KKP dan Jurusan dapat disusun sebaik-baiknya.
(5) Perbaikan Buku Panduan
(6) Masalah-masalah lain meliputi
(a) efisiensi kunjungan DPL karena lokasi KKP terpencar;
(b) kapasitas pengalaman dan kompetensi dosen dalam kegiatan DPL;
(c) materi pembekalan hendaknya sesuai kondisi lapangan dan kegiatan yang direncanakan;
(d) honorarium DPL dan pengelola hendaknya sesuai azas kewajaran dan/atau kelayakan, sepanjang sesuai dengan ketentuan administrasi dan keuangan;
(e) laporan kegiatan harus diberi deadline dan dipantau oleh DPL dan pengelola.***